BAB
I
PENDAHULUAN
Yang menjadi alasan memilih judul dalam karya tulis yang
berjudul “ Malioboro“ ini adalah sebagai berikut:
- Kita sebagai siswa yang masih banyak memerlukan pengetahuan yang perlu di ketahui
- Sebagai siswa supaya dapat menggali ilmu pengetahuan lebih dalam dan mengembangkannya
- Sebagai siswa mengenal sejarah dan fungsi serta manfaat dari Malioboro
Agar pembahasan sesuai dengan yang di inginkan penulis dapat tercapai dengan tepat dan benar maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:
- Apa itu Malioboro ?
- Bagaimana Sejarah Malioboro ?
- Apa fungsi dan manfaat dari Malioboro ?
C.
Tujuan Penulisan
Dengan di buatnya karya tulis ini, penulis mempunyai tujuan
pokok yang ingin di capai adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui dan menghayati sejarah berdirinya Malioboro
- Mengetahui fungsi serta manfaat/peranan Malioboro bagi masyarakat sekitar
D.
Metode Penulisan
Metode yang di gunakan untuk pembuatan karya tulis ini
adalah sebagai berikut:
- Metode Deskriptif: yaitu Metode yang menggambarkan masalah yang ada pada masa sekarang
- Metode Observasi: yaitu penulis terjun langsung ke lapangan untuk penelitian agar mudah mendapat data – data dan informasi dari beberapa tokoh masyarakat di sekitar Malioboro
BAB
II
MALIOBORO
A. Pengertian Malioboro
Malioboro
adalah sebuah Jalan sepanjang tidak lebih dari 2 Kilo Meter yang membentang
mulai dari persimpangan Rel Kereta Api Stasiun Tugu Yogyakarta diujung utara
hingga pertigaan pojokan Gedung Agung diujung Selatan.
Malioboro
adalah sebuah Jalan legendaris yang menjadi ikon Kota Yogyakarta dengan
kehidupan kontras antara siang dan malamnya.
Saat siang
hari, ruas Jalan Malioboro dipadati kendaraan para pelancong maupun warga
Yogyakarta yang beraktifitas disekitar Jalan Malioboro, sementara dikanan-kiri
jalan adalah toko-toko berbagai macam kebutuhan pokok, serta sepanjang
trotoar kaki limanya dijejali lapak-lapak penjaja souvenir khas
Yogyakarta, kemudian diujung selatannya ada pasar Beringharjo, tak ketinggalan
sejumlah pusat perbelanjaan dan hotel yang mengguratkan kehidupan perekonomian
warga Yogyakarta.
Sebaliknya
pada malam hari, Malioboro dipenuhi aroma berbagai sajian kuliner yang
menggugah selera, yang terhampar di ratusan tikar Warung lesehan dengan menu
khas Gudeg Yogya, Bakmi Jawa, dan berbagai pilihan Ayam/ Burung dara/ Bebek
bakar dan goreng. Keriuhan suasana lesehan akan ditimpali oleh alunan sejumlah
seniman yang melantunkan musik dan lagu secara nomaden….dalam istilah kuno
disebut sebagai “mbarang” atau pengamen.
B.
Sejarah Asal usul malioboro Jogja
Ditinjau
dari segi bahasa, kata malioboro berasal dari bahasa sansakerta yg berarti
karangan bunga. Dahulu kawasan Malioboro dikembangkan oleh Sri Sultan HB I pada
th 1758, kawasan itu sebelumnya dipakai untuk sarana perdagangan melalui pasar
tradisional, dahulu di kawasan itu banyak terdapat karangan bunga sebagai daya
tarik, maka sangat wajar jika kemudian kawasan itu dinamakan Malioboro.Ditinjau
dari segi letaknya, Malioboro berada berada segaris dengan gunung merapi,
kraton dan pantai parang tritis jogja.
Malioboro
terletak 800 meter dari Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Jalan maliboro
yogyakarta dulunya pernah menjadi basis perjuangan tentara Indonesia saat
terjadi agresi militer belanda. Jalan malioboro diapit oleh bangunan gedung
perkantoran dan gedung pertokoan sehingga malioboro bisa berkembang menjadi
pusat bisnis seperti sekarang ini di Yogyakarta. Malioboro juga menjadi tempat
berkumpulnya para seniman dan sastrawan dari berbagai daerah yang bermukim di
Yogyakarta.
C.
Fungsi
Malioboro
Pariwisata
merupakan kegiatan perjalanan untuk rekreasi. Biasanya masayarakat mengunjungi
tempat-tempat pariwisata yang menarik, mulai dari gunung, pantai, perkotaan,
dll. Manusia modern sekarang ini menjadikan pariwisata sebagai kebutuhan pokok
setelah disibukkan oleh urusan pekerjaan. Sedangkan menurut Purwadi pariwisata
adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan,
kepuasan, pengetahuan, kesehatan, olahraga, istirahat, dan ziarah.
Pariwisata
dapat dibedakan berdasarkan letak geografis dan berdasarkan jenis. Berdasarkan
jenisnya wisata dibagi lagi menjadi wisata alam, wisata budaya, wisata
keagamaan, serta wisata belanja. Sedangkan jenis wisata yang sedang digandrungi
oleh banyak orang terutama kaum hawa saat ini adalah jenis wisata belanja.
Indonesia memiliki banyak tempat pariwisata yang harus dikunjungi oleh para
pelancong dari dalam maupun dari luar negeri yang sedang berlibur di Indonesia.
Termasuk juga dengan tempat wisata belanjanya. Dari jenis ini, Indonesia
memiliki tempat wisata belanja seperti: beberapa daerah dengan relief
sungai-sungai panjang memiliki pasar terapung seperti Pasar Terapung Muara
Kuin di Sungai Barito, Banjarmasin dan Pasar Terapung Lok
Baintan di Banjar, namun adapula yang
khusus menjual barang - barang seni atau benda khas setempat seperti Pasar Sukawati di Gianyar yang menjual
berbagai kerajinan tangan dan barang seni khas Bali, Pasar Klewer di Solo yang menjual kain – kain batik, Kota gede dengan
hasil kerajinan perak dan kawasan Malioboro
di Yogyakarta yang
menjajakan kerajinan khas Yogya. Salah satu tempat belanja yang ada di Indonesi
yang akan dibahas dalam artikel ini adalah tempat wisata belanja yang sudah
dikenal oleh banyak orang bahkan sampai mancanegara, yaitu Malioboro.
Malioboro
adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang
dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara
keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan
Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.
Terdapat beberapa obyek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu
Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg
dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Kawasan
Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini
didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak
ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan
rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di
kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga
nama-nama lokal. Barang yang diperdagangkan dari barang import maupun lokal,
dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronika, mebel dan lain
sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas
dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing, bank,
hotel bintang lima hingga tipe melati.
Keramaian
dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima
yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya
yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi
para wisatawan. Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain
kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk
pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan
kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi khas Jogja/Jawa],
kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang
kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang
hanya menggelar plastik di lantai. Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup
ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi
para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan
kiri.
Dan
ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena kawasan
Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak
sedikitnya laporan ke pihak kepolisian terdekat soal pencopetan atau
penodongan, dan tidak jarang pula wisatan asing juga menjadi korban kejahatan
dan ini sangat memalukan sebenarnya
Malioboro berkembang pesat menjadi denyut nadi perdagangan dan pusat belanja,
di sini Anda bisa memborong aneka barang yang diinginkan mulai dari pernik
cantik, cideramata unik, batik klasik, emas dan permata hingga peralatan rumah
tangga. Bagi penggemar cinderamata, Malioboro menjadi surga perburuan yang
asyik. Berjalan kaki di bahu jalan sambil menawar aneka barang yang dijual oleh
pedagang kaki lima akan menjadi pengalaman tersendiri. Aneka cinderamata buatan
lokal seperti batik, hiasan rotan, perak, kerajinan bambu, wayang kulit,
blangkon, miniatur kendaraan tradisional, aksesoris, hingga gantungan kunci
semua bisa ditemukan dengan mudah. Jika pandai menawar, barang-barang tersebut
bisa anda bawa pulang dengan harga yang terbilang murah. Sultan menyatakan
bersyukur bahwa penataan Malioboro yang telah dilakukan sudah bisa
mengembalikan kesadaran semua pihak untuk menata kota dengan mengedepankan
unsur manusiawi. Hal ini dapat tercermin dari penataan Malioboro secara
vertikal dan horizontal. Penataan vertikal menyangkut pengembalian wajah
bangunan budaya asli dengan membersihkan papan reklame melintang. Hal ini
bertujuan menampilkan kembali serta meletarikan cagar budaya bangunan bergaya
Hindis dan China yang jumlahnya mencapai puluhan.
Disini telah terjadi interaksi yang cukup baik antara Pemerintah yang telah
menyediakan tempat yang manusiawi untuk para pedagang mencari rejeki dan antara
pedagang dengan konsumen. Konsuemn masih dibolehkan untuk menawar harga barang
yang akan dibelinya. Hal tersebut merupakan salah satu ciri khas dari
Malioboro. Yaitu, harga yang ditawarkan oleh pedagang bukan harga pas tetapi
konsumen masih dibolehkan untuk menawarnya lagi.
D.
Manfaat
Malioboro
Berkembang pesatnya Malioboro sebagai denyut nadi perdagangan dan pusat
belanja, menuntut macam-macam pelayanan dan fasilitas yang semakin meningkat
baik jumlah dan ragamnya. Hal ini memberi dampak positif dari segi ekonomi bagi
penduduk, pengusaha dan pemerintah setempat seperti:
1. Penerimaan
Devisa : Masuknya wisatawan mancanegara akan membawa valuta asing,
yang berarti akan memperkuat neraca pembayaran dan perdagangan. Penerimaan
devisa negara dari pariwisata bersumber dari : Uang yang dikeluarkan atau
dibelanjakan oleh wisatawan asing selama yang bersangkutan melakukan kunjungan,
berupa pengeluaran untuk penginapan (akomodasi), makan dan minum, transportasi
lokal dan tour, cenderamata, tip, dan lain-lain. Biaya yang diterima oleh
perusahaan penerbangan dimana wisatawan yang berkunjung dimasukkan sebagai
penerimaan sektor pariwisata. Investasi bidang pariwisata. Biaya promosi
pariwisata dari negara lain.
2. Kesempatan
Berusaha : Kesempatan berusaha menjadi terbuka luas, baik usaha yang
langsung untuk memenuhi kebutuhan wisatawan maupun yang tidak langsung.
Lapangan usaha langsung seperti usaha akomodasi, restoran dan rumah makan, biro
perjalanan, toko cenderamata, sanggar-sanggar kerajinan dan seni, pramuwisata,
pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya. Lapangan usaha tidak langsung seperti
pertanian, perikanan, peternakan, perindustrian dan kerajinan, industri olah
raga, industri pakaian jadi, dan lapangan usaha lain yang berkaitan dengan
kebutuhan manusia.
3. Terbukanya
Lapangan Kerja : Luasnya kesempatan dalam berusaha, berarti akan membuka
lapangan kerja baik lapangan kerja diberbagai usaha yang langsung memenuhi
kebutuhan wisatawan maupun yang tidak langsung. Sektor pariwisata
merupakan sektor padat karya, karena kegiatannya lebih banyak pelayanan jasa
yang membutuhkan tenaga manusia. Lapangan kerja yang tidak langsung seperti
peternak, petani sayur mayur, pengrajin, seniman, penjual eceran, dan lain-lain
yang menyerap banyak tenaga kerja.
4. Meningkatnya
Pendapatan Masyarakat Dan Pemerintah : Wisatawan yang datang
berkunjung akan mengeluarkan sebagian dari uangnya untuk keperluan selama
perjalanannya. Hal ini akan menambah pendapatan masyarakat setempat, seperti
biaya penginapan, angkutan local, makan minum, cenderamata dan pembelian
jasa-jasa, dan barang lainnya. Disamping itu pemerintah setempat pun akan
memperoleh pendapatan berupa pajak-pajak dari perusahaan dan dari uang asing
yang dibelanjakan oleh wisatawan.
5. Mendorong
Pembangunan Daerah : Berkembangnya kepariwisataan di daerah akan
mendorong pemerintah daerah dan masyarakat mempersiapkan dan membangun
prasarana dan sarana yang diperlukan seperti pembangunan dan perbaikan jalan,
instalasi air, instalasi listrik, pembenahan obyek dan daya tarik wisata,
perbaikan lingkungan, pengkondisian masyarakat, penataan kelembagaan dan
pengaturan, dan lain sebagainya. Selain itu juga akan mendorong investor untuk
menanamkan modalnya dalam pembangunan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana
akomodasi, usaha jasa biro perjalanan, restoran dan rumah makan serta
lain-lain.
Dengan
adanya tempat pariwisata Malioboro ini maka pembangunan dan pengembangan
pariwisata akan mempunyai dampak positif dalam bidang sosial budaya, seperti :
Pelestarian budaya dan adat istiadat salah satu sasaran wisatawan dalam
melakukan perjalanan adalah untuk menikmati, mengagumi dan mempelajari kebudayaan,
dan adat istiadat serta sejarah
suatu bangsa.
Oleh
karena itu seni dan budaya serta tata cara hidup yang unik dan khas perlu
dipertahankan dan dikembangkan. Apalagi Yogyakarta terkenal dengan kota yang
penuh dengan seniman jalanan serta orang-orangnya yang ramah. Itu menyebabkan
akan lebih banyak lagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Yogyakrta. Hal
tersebut dapat meningkatkan kecerdasan masyarakat yang dikunjungi karena
penduduk asli akan banyak belajar dari wisatawan yang berkunjung, demikian pula
dengan yang datang berkunjung akan banyak belajar dari kunjungannya dengan cara
melihat, mendengar, dan merasakan segala sesuatu yang dijumpai selama dalam
perjalanannya. Dengan demikian, pengembangan pariwisata merupakan salah satu
cara untuk menambah pengetahuan dan pengalaman.
Dampak
positif lainnya dengan adanya tempat pariwisata yaitu dapat mengurangi konflik
sosial sering terjadi saling curiga antara suatu penduduk dengan penduduk
lainnya, karena kurang saling mengenal, baik dalam soal adatistiadat, budaya
sejarah, kebiasaan maupun perbedaan tingkat sosial. Salingberkunjung melalui
berwisata dapat mengurangi atau menghilangkan saling curiga dan kecemburuan
sosial, karena terjadinya komunikasi dan saling mengenal satu sama lainnya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara
umum, karya ilmiah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
·
Dengan diadakanya study tour atau karya wisata
akan menambah pengalaman dan memperluas wawasan siswa.
·
Dengan mengetahui sejarah dimasa dulu diharapkan
para siswa bisa menuai isi dan mengisi hari kemerdekaan dimasa sekarang dengan
sungguh-sungguh.
·
Dengan adanya pembuatan atau penyusunan karya
tulis yang diwajibkan bagi para siswa akan melatih siswa dalam
menyusun karya-karya ilmiah lainya.
Secara khusus, laporan karya
ilmiah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
·
Malioboro sebagai warisan budaya dari nenek
moyang kita dan sebagai tempat wisata belanja bagi para wisatawan.
·
Malioboro sebagai pusat cinderamata di
Jogjakarta.
·
Malioboro sebagai sumber devisa / pendapatan
daerah Jogjakarta.
·
Malioboro selain sebagai sumber devisa daerah,
juga sebagai lahan untuk membuka lapangan pekerjaan guna mengurangi jumlah
pengangguran di daerah Jogjakarta.
B.
Saran
Program
sekolah seperti wisata manfaatkanlah dengan sebaik mungkin . selain sebagai
media refresing, karya wisata juga bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
bagi siswa.
Alangkah
baiknya , apbila kita berkunjung keobjek wisata kita persiapkan terlebih dahulu
segala esuatu yangs sekiranya akan dibutuhkan di lokasi seperti buku catatan
dan pena. Gunakanlah waktu sebaik mungkin ketika dilokasi. Jagalah dan jangan
merusak benda-benda yang ada di sekitar lokasi wisata.
DAFTAR PUSTAKA
http://tempat-wisata.net/asal-usul-malioboro
http://sakuranetsukareja.blogspot.com/2013/05/makalah-malioboro.html
http://sakuranetsukareja.blogspot.com/2013/05/makalah-malioboro.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar